Dzikir dan do’a


واذا سألك عبادي عني فانّي قريب . أجيب دعوةالداعي اذا دعان . فليستجيبوالى وليؤمنوابى لعلهم يرشدون
        Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
            Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
            Apabila ia memohon kepada-Ku” (QS. Al Baqarah 2 : 186)

        Dzikrullah sudah dikenal oleh umat islam di seluruh dunia semenjak kelahiran islam. Dzikir yang pertama kali dikumandangkan oleh Rasulullah kepada ummatnya adalah kalimat laa ilaha illallah. Sebuah kalimat yang membuat telinga masyarakat jahiliyah kepanasan, panik dan merasa terganggu. Tatanan spiritual nenek moyang mereka yang telah mapan menjadi porak poranda. Kalimat-kalimat yang telah diagungkan yaitu latta, uzza, telah kehilangan pamornya karena Muhammad dianggap telah melecehkan keberadaannya dengan kalimat laa ilaha yang secara otomatis menafikan (meniadakan) keberadaan dan kekuasaannya kecuali Allah, illallaha !

                Banyak cara dzikir yang diajarkan oleh Nabi. Ada dzikir yang diulang-ulang (wirid), ada dzikir dengan mengeraskan suara (azan, takbiran, talbiyah), ada dzikir didalam hati (sirri), ada dzikir dengan pikiran (tafakur, memahami penciptaan alam sebagai ayat Allah), ada pula dzikir dalam segenap keadaan (berjalan, duduk, berdiri, berbaring dan bekerja).

                Semua dzikir di atas diperbolehkan sebagai sarana menerapi pikiran dan mental untuk mencapai tarap kesadaran ketuhanan yang tinggi (dzikrullah) serta memersihkan jiwa.

                Tujuan berdzikir bukan sekedar membaca dan mengulang kalimat suci. Dzikir merupakan upaya untuk membangkitkan kesadaran diri menuju kesadaran yang lebih tinggi, yaitu bergeraknya ruhani seseorang menuju kepada Allah. Artinya, di saat kita menyebut nama Allah seharusnya kita sekaligus mengarahkan jiwa kita tertuju kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Kemudian, secara sadar, memberikan ruh kita untuk menerima bimbingan dan tuntunan-Nya serta diterangi oleh sinar-Nya.

                Sering kita mengatakan dalam setiap doa : “Ya Allah kepadamu kami menyembah dan kepadamulah kami mohon tuntunan”, tetapi tanpa kita sadari kita tidak siap dan bersedia untuk menerima tuntunannya. Padahal Allah akan merespons setiap doa kita (ud’uni  astajib lakum). Kita tidak sabar atau barangkali tidak percaya diri (tidak yakin), bahwa Allah ada dekat kita dan mendengar setiap keluhan kita. Jangan terpengaruh dengan pendapat orang lain, bahwa menuju Tuhan hati harus bersih dan memiliki ilmu yang tinggi. Tidak!! Karena hati kita tidak akan pernah bersih selama-lamanya akan tetapi Allahlah yang membersihkan hati setiap orang yang dikehendaki-Nya (An Nur, 24:21). Yang dibutuhkan adalah sikap yakin bahwa Allah dekat. Sikap sederhana ini mungkin sudah sering kita lakukan walaupun kurang kita sadari.

                                Allahumma dzakirni min huma nasiitu, wa’alimmni minhuma jahiltu
                Ya Allah ingatkan saya atas kelalain saya, dan berilah ilmu atas kebodohan saya

                                                                Allahumma nawwir qalbi
                                                                Ya Allah terangi  hati saya

                                Iyyaka nasta’iin- Kepada-Mu Ya Allah kami mohon tuntunan

                Di saat kita mengatakan: “Ya Allah terangi hati saya”, sadarkah bahwa sebenarnya kita sedang berada di dalam kegelapan hati. Ketika kita mengatakan: “Ya Allah tunjuki kami jalan yang lurus”, sadarkah bahwa kita mengatakan itu karena berada dalam keadaan bingung (tersesat).

                Lan tas ilmu apa yang akan kita bawa menuju Allah? Tidak lain hanyalah pasrah dan yakin bahwa Alllah dekat! Orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah bukanlah orang yang hebat oleh karena ahli bahasa Arab, bukan profesor agama, bukan pimpinan golongan, tetapi orang yang bertaqwa kepada Allah, yaitu orang yang percaya dan yakin bahwa Allah dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Kemudian kepada-Nya kita memohon bimbingan dan tuntunan-Nya. Sikap ini harus menjadi prinsip, agar kita tidak ragu-ragu atau merasa tidak percaya diri. Sehingga malah tidak mahu sama sekali datang kehadirat Allah karena merasa banyak dosanya. Tidak perlu kita risaukan itu semua. Yang penting sadarkan bahwa kita datang kepada Allah karena memang banyak dosanya. Dan sampai sekarang kita tidak mampu menghilangkan kebiasaan buruk tersebut kecuali kalau ada bimbingan Allah. Sekarang mari kita hadir dan berjuang dengan sungguh-sungguh datang kepada Allah, dalam rangka memohon bimbingan dan tuntunan-Nya.


ياايهاالآنسن انك كدح الى ربك كدحا فملقيه

                      "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh
                                Menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui Nya” (Al Insyiqaq, 6)
               

ولقد جئتمونا فرادى كما خلقنكم اوّل مرة وتركتم ما حوّلنكم وراء ظهو ركم .....
                   Dan sesungguhnya kamu datang kepada kami sendiri-sendiri
                                Sebagaimana kamu kami ciptakan pada mulanya………”.(Al An’am 94)



Keling,       februari 2010

Komentar

Postingan Populer